Bebek
Seseorang hendak pulang ke gubuk tua yang terletak di sebuah desa pedalaman di daerah Cianjur. Ia mencari angkutan umum yang siapa tahu masih tersisa di terminal, waktu menunjukkan pukul 21.00. Namun aneh suasana pasar masih saja ramai. Disamping pintu kereta api sebelah kanan beberapa pedagang asongan masih asik membicarakan gosip hot seputar penjual jamu yang baru-baru ini muncul menggantikan mbo iyem. Disamping kirinya pedagang bebek sedang konsentrasi menghitung hasil jualannya, tapi masih ada bebek yang belum laku dijual. “aha, mungkin bebek itu menunggu untuk aku beli” tergambar sudah bayangan pemuda yang hendak pulang ke gubuknya, membawa oleh-oleh untuk anaknya beberapa ekor bebek. Penglaris lah untuk pedagang yang sampai jam sembilan malam masih mengais rezeki, mungkin anak istrinya menunggu di rumah. Hhmm setidaknya niat pemuda itu baik ingin menolong.
Dibungkuslah 5 ekor bebek itu seharga lima puluh ribu. Pedagang kegirangan sambil teriak “Laku dak aing, beak jualan aing, Munah, aing balik mawa duit..”
Pemuda itu hanya geleng-geleng kepala menyaksikan orang yang baru saja bertransaksi dengannya. Tidak lama bis menuju kampungnya tiba. Ia pun segera menyetop bis itu dan tidak lupa membawa anak-anak asuhnya yang masih kecil-kecil dalam kandang berukuran sebesar sepatu. Pemuda itu melihat namanya di name tag nya. Andra. Ia baru sadar bahwa ia pun sedang mengais rezeqi dari kantor tempatnya bekerja.
Sementara di belahan Indonesia bagian tengah, tepatnya di Semarang. Seorang perempuan baru saja menutup laptopnya. Ia baru mengerjakan tugas Politik Praktis untuk diikutsertakan dalam lomba essay dalam rangka award salah satu ilmuwan di Indonesia. Handphone nya berdering . Alunan Keep Moving On nya Andien si jazzy terdengar..bersama mentari, kubernyanyi,...
“Hallo, Reta, gue jemput ya, lo ngga lupa konsolidasi kan?” suara Fadlin mengingatkan Reta kalo mereka punya janji dengan anak-anak kementerian sospol dari universitasnya.
“My God, sorry gue jadi autis sejak tadi siang, siip, lo jemput 10 menit lagi ya, gue siap-siap dlu” handphone langsung dilemparkan reta ke atas selimut Turkey nya, lalu ia segera memilih pakaian casual nya untuk dinner plus plus.
Mobil diparkir tepat di tempat mereka bakal dinner. Di dalam Wandi, Zuki, Santo, Iska, Jane dan Jay sudah standby dengan menu yang mereka bakal dipesan. One man one laptop pun tidak kalah standby, kebetulan tempat makan sederhana yang cozzy itu dilengkapi dengan kebutuhan mahasiswa masa kini, hotspot area. Lumayan sambil makan, sambil facebookan, but not only facebookan buat anak-anak klan ini. They open the newest in this country. Segala situs informasi update mereka akses. Mulai dari redupnya kasus Century, mafia pajak, Gayus, otonomi daerah, sampai rencana kedatangan pejabat negara ke jawa tengah, secara tempat mereka kuliah ada di Jawa Tengah.
“Jadi waktu rame-rame kasus Century itu, dosen gue ngebahas kasus itu terus, sampe-sampe ada di soal ujian akhir gue, jadi mau ngga mau gur ngikutin dan emang itu juga masuk ke jurusan yang gue ambil.” Sahut Wandi yang memimpin konsolidasi nonformal itu.
“Mas, bebeknya 8 pake nasi, makan sini” sela Wandi ketika seorang pelayan cafe itu menghampiri meja lesehan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar