Kamis, 10 Maret 2011

my auto

Yollanda Octavitri. Salah satu bidadari cantik, 2 dari 3 saudara. Bidadari pertama bernama Larissa Anditha Gestariana. Bidadari ketiga bernama Zenia Evelyn Alamanda. Sekarang kita bahas yang kedua saja, oke.. karena bidadari satu dan tiga akan ada pembahasannya sendiri dalam waktu dan kesempatan lain.
Sebuah nama kecil yang diberikan oleh keluarga kecil dari pasangn ibu bernama Tini dan ayah bernama Ending Suhendi. Lahir di sebuah rumah sakit di daerah Bandung pada 3 Oktober 1990. Tanggal itu pula yang melatarbelakangi proses penamaan bayi iemut bernama Yollanda. Yollanda diambil dari bahasa Yunani yang atinya merciful atau pemurah. Octavitri diambil dari bulan lahir yaitu Oktober dan tri diakhir nama berarti dari tanggal 3. Jadi secara keseluruhan Yollanda Octaitri adalah berarti manusia pemurah (inSyaAllah dalam kehidupan semoga selalu tawadhu dan dalam lindungan Allah ) yang lahir tanggal 3 di bulan Oktober.
Kemudian tidak lama dari lahir, keluarga kecil ini berpindah domisili ke Rangksbitung propinsi Banten. Kota yang sama sekali baru bagi keluarga ini. Dari akta kelahiran, Yollanda lahir di Bandung, namun besar di Rangkasbitung.
Aku pertama kali sekolah di TK Nurul Hasanah, kemudian melanjutkan sekolah dasar di SD Negeri 1 Kejaksaan. Di sekolah dasar aku bertemu dengan teman-teman yang hebat. Aku yakin 10 atau 20 tahun ke depan mereka pasti jadi orang. Semoga akupun bisa demikian, kami disatukan dalam kelas yang bernama kelas unggulan, kelas yag cukup berat predikatnya bagiku, tapi tak apa, dengan digabungkan bersama mereka, justru aku akan terpacu untuk selalu semangt belajar. Semangatku pun berkobar bak api yang tak pernah padam.
Lulus sekolah dasar, aku melanjutkan ke SMP Negeri 2 Rangkasbitung. Disana tempat ibuku mengajar, namun selama sekolah aku tidak pernah diajar olehnya, dan mungkin sudah dirancang demikian agar tidak terjadi diskriminasi kekerabatan atau kekeluargaan. Aku yakin, dengan atau tanpa campur tangan ibuku yang biasa aku sebut wanita luar biasa yang super hebat telah membesarkanku ini dengan sebutan mommy, aku yakin bisa menorehkan kebanggan untuknya, itulah semangatku ketika sekolah menengah petama, selain karena motivasi yang lain adalah kakakku yang cantik dan pintar, yang selalu mendapat predikat juara umum semasa sekolah menengah pertama.
Sepotong episode semasa SMP, aku diberikan kebahagiaan oleh Allah untuk merasakan manis-manisnya kehidupan sebagai gadis remaja. Antara prestasi, pergaulan dengan teman-teman terbaikku, dan segala apa yang aku inginkan dapat aku peroleh. Oh indahnya hidup apabila kita bisa memenuhi apapun yang kita inginkan. Zaman-zaman yang membuatku senang ketika mengingat kegilaan bersama teman-teman terbaikku, pergi berpetualang ke Lampung, Cipanas dan tempat-tempat yang secara insidental tercetus dan kami benar-benar mengunjunginya. Selain itu, aku dan beberapa teman terbaikku adalah anggota dari tim cheers, yang notabenenya jika dalam sinetron remaja adalah pacar dari pemain basket di sekolah yang sama. Dan aku pun demikian, begitu aku menyebutnya cinta monyet. Namun tingkatnnya masih lebih rendah daripada sahabat.
Lulus dari SMP aku melanjutkan ke SMA Negeri 1 rangkasbitung, SMA yang juga adalah SMA favorit di kotaku. Aku ikut masa orientasi selama beberapa hari. Di hari terakhir orientasi aku ditawari mengikuti tes sekolah milik propinsi yang katanya masih promosi dan bebas biaya pendidikan. Iseng-iseng berhadiah, dengan cukup psikotest, aku diterima. Pada saat itu aku bimbang. Antara bertahan bersama teman-teman teraikku di SMANSA atau benar-benar menapaki dunia baru yaitu SMA Ngeri Cahaya Madani Banten Boarding School. Sekolah yang sama sekali baru untukku, dengan busana yang wajib pula aku kenakan jika aku benar-benar sekolah disana, busana muslim, Yollanda Octavitri mantan cheers sekarang pakai busana yang sangat simbolis dengan agama Islam, jilbab.
Waktu berpikirku tidak pangjang. Ketika deadline memaksaku untuk mengambil keputusan, aku putuskan untuk mengambil dunia baru bagiku, sekolah di kaki Gunung Karang Pandeglang, yang jauh dari kota, dan dengan semua yang serba baru. Sekolah baru, teman baru, tempat tinggal baru, dan pastinya pakaian baru putih abu-abu plus jilbab putih.
Aku sangat menikmati kehidupan di sekolah baruku. Disana dilengkapi dengan asrama tempat tinggal. Aku dan teman-temanku dari berbagai kota yang tersebar di Banten merasa sudah seperti keluarga, ya, aku memiliki keluarga baru, ustadz dan ustadzah ku sebagai orangtuanya, mereka yang terdidik dari Gontor pesantren yang cukup tekenal mencetak generasi muda yang berprestasi itu. Semoga aku pun bisa berprestasi, amin.
Pernah waktu itu ada seleksi YESCOM, Youth Entrepreneur Singapore Community, pimpinan perusahaannya sendiri yang datang dari Singapore datang ke sekolahku untuk menyeleksi langsung. Tidak terlalu sulit proses seleksinya, namun saingannya adalah putra daerah dari kota masing-masing yang tak lain adlah teman-temanku sendiri di SMA. Jadi teman-temanku yang sudah kuanggap sebagai keluarga itulah yang menjadi sainganku, kami berjuang sangt kompetitif. Dan pada akhirnya aku sebagai runner up, dan mimpiku untuk setidaknya pernah ke luar negeri masih kusimpan dan kupeluk sampai saat ini.
Lulus dari SMA, aku melanjutkan studi ke Semarang, ke salah satu perguruan tinggi negeri Universitas Diponegoro, mengambil jurusan Sastra Indonesia. Aku terinspirasi ketika masa SMA, Gola Gong seorang penulis dan pemilik Rumah Dunia (komunitas penulis di Banten) mengajarkan tentang kepenulisan dan jurnalistik. Aku memberikan cerpen pertamaku yang berjudul “Kantung Semar” kepadanya, dan apresisasinya luar biasa sangat memotivasiku. Ada pilihan lain selain Sastra Indonesia UNDIP, yaitu Ilmu Komunikasi UNTIRTA yang bisa kupilih, namun ketika share dengn beberapa guru, mereka mengarahkan aku untuk memilih UNDIP, dan perantauanku pun belum berakhir sampai di Pandeglang, aku harus melanjutkan rantauanku ke Semarang, lagi-lagi kota yang sama sekali baru.
Semester 4 aku pernah ikut seleksi pertukaran pemuda antar Negara. Negara tujuannya adalah Jepang dan Australia. Seleksinya sagat ketat, sainganku bukan main-main, seorang mahasiswi strata dua jurusan bahasa Inggris, aku, sarjana pun belum. Aku selalu berusaha mengambil hikmah dari setiap peristiwa dalam hidupku. Proses seleksi meliputi pengetahuan umum, kebudayaan, pengetahuan Negara-negara ASEAN, Negara tujuan, keorganisasian (aku bersyukur di kampus aku bergabung dalam rohis fakultas, Badan Eksekutif Mahasiswa, dan organisasi ekstra kampus KAMMI, secara tidak langsung mensupport au dalam meraih pengalaman organisasi), kepribadian, dan semua wawancara dalam bahasa Inggris. Modalku saat itu adalah berani pede, only. Pada saat penentuan terakhir, aku lagi-lagi ditetapkan sebagai runner up ke Jepang. Selain aku tahu karena pada saat itu usiaku belum genap 20 tahun, program tersebut minimal 20 tahun. Ya, percaya Allah masih memeluk mimpiku, usaha dan doa tidak akan luput dari hembusan nafasku. Aku sangat yakin Allah punya skenario indah yang Ia tuliskan untukku.
Kini aku menginjak semester 6, aku mulai memikirkan skripsi, pemantapan akan masa depanku. Semoga Allah melindungiku di setiap langkah hidupku, agar aku tidak terjatuh dalam lubang dosa, dan aku bisa membuat orang-orang yang mencintai dan menyayangiku bangga terhadapku. Allahu rabbi, dengan namaMu aku yakin Engkau memiliki cerita indah yang Kau siapkan untukku.
Semarang, 6 Maret 2011
7.48am

1 komentar:

  1. Subhanallah................
    semoga Allah memeluk dan mewujudkan m impi2 kita................

    BalasHapus